Ekspedisi Papua

Ahmad Soleh
20 Juli 2024


I
Jayapura, Papua. Itulah tujuan akhir pesawat yang kutumpangi malam ini. Perjalanan untuk tugas berat ini adalah kali pertama buatku. Apalagi, menuju Indonesia bagian timur. Tempat yang tak pernah kubayangkan seperti apa bentuknya.

Aku sengaja tak mencari di internet tentang apa pun berkaitan dengan Papua. Sebab dalam bayanganku ini akan menjadi kejutan yang "waw". Pertana kali menginjak Papua. Pertama kali pula melihat Papua. Perjalanan yang harus kucatat setiap jengkalnya.

II
Sejak kemarin aku sudah berencana untuk bersiap berangkat. Aku sudah mempersiapkan segalanya. Kurasa perjalanan ini akan lancar dan aman saja. Semoga dengan doa ini aku selamat dan sehat kembali ke rumah.

Jujur saja, berpisah dengan anak dan istri tercinta itu tidak mudah. Meskipun hanya beberapa hari, pergi selalu beratkan langlahku. Sepulang kerja sore tadi, aku pun berkemas. Sialnya KTP hilang entah ke mana. Padahal sependek ingatanku, tak pernah aku mengeluarkannya dari dompet.

Mungkin ia terselip. Mungkin juga jatuh saat pagi tadi aku mengambil uang untuk membeli kopi Jago. Entahlah. Tapi, kata temanku (Rizkey) tenang saja, karena dengan menunjukkan foto KTP pun sudah bisa melanjutkan perjalanan. Ini sepertinya catatan yang tidak teramat penting. Tapi perlu kucatat sebagai pelajaran berharga, minimal buatku sendiri. 

Memang kadang kita melupakan hal-hal kecil yang ternyata sangat penting.

III
Aku berangkat pukul 19.00 WIB dari rumah. Tentu, tangisan Rausyan, anak kecilku yang lucu dan pintar itu, mengiringi langkahku. Perpisahan yang selalu sedih dan menyisakan kangen yang dasyat. Esok pagi kukirim emoticon hati terbakar. "Kenapa hatinya kebakar, Ayah?" katanya. Itulah pertanyaannya saat membaca pesan WA berisi ikon hati terbakar yang kukirim untuk menyimbolkan bahwa aku kangen mereka berdua.

Pesawat terbang pukul 22.40 malam waktu Jakarta. Tiba di Jayapura pkl 06.00 waktu Jayapura. Hamparan Danau Sentani dan perbukitan Cyclop menyambut kami dengan riang. Terik matahari pagi yang terasa tak biasa. Tak seperti di Depok, atau Jakarta.

IV
Di sepanjang jalan, mulai dari bandara Jayapura yang berada di Sentani, Kabupaten Jayapura, aku melihat perbukitan mengelilingi kami. Namanya perbukitan Cyclop, katanya. Selain itu, kami juga melewati Danau Sentani. Jalan melewati sisi perbukitan bertuliskan "PON XX PAPUA 2021". Jalannya bagus. Mulus. Apalagi memasuki Kota Jayapura. Hampir tak ada beda dengan Jakarta. Bedanya, di sini lengang. Tak ada kemacetan dan polusi yang berarti. Tidak banyak angkot.

Perjalanan tidak terlalu lama. Kurang lebih 45 menit kami sudah tiba di Hotel Horison, tempat kegiatan yang harus kukunjungi. Tak berhenti melihat sekeliling kami. Deretan perbukitan pun terlihat dari tiap celah jendela hotel.

Setelah tiba di kamar pun, aku menyempatkan membuka jendela demi menghirup udara dan memotret sejumlah gambar yang tampak di depan mata. Merapikan peralatan dan bersiap menjalankan tugas.

V
Menembus batas. Itulah misi berikutnya. Ini adalah hari ketiga berada di Papua. Kami, aku ditemani rekan kerjaku, Gita, Noer, dan Bu Etty bergegas menuju garis perbatasan. Distrik Skouw yang kami tuju jaraknya lumayan jauh. Satu setengah jam harus kami lalui. Melewati pinggiran pantai, hutan, dan jalan panjang.

Kami pun berhasil melintasi batas. Masuk ke daerah teritorial Papua Nugini, negara tetangga yang rasanya sangat jauh dari rumahku. Ternyata, warga Papua Nugini suka berbelanja di wilayah Indonesia. Alasannya, mungkin karena lebih murah dibandingkan di negara mereka tinggal. Atau, bisa jadi karena dekat saja. Hanya perlu melintasi pagar dengan berjalan kaki.

Terima kasih semuanya. Ini adalah perjalanan yang menyenangkan. Dan pasti akan sangat kurindukan.


Ada apa aja di wilayah perbatasan Skouw?


Ini tanda perbatasan Indonesia-Papua Nugini


Berfoto di depan gedung Border Post RI. Di sini kalau mau masuk nanti diperiksa oleh petugas keamanan dan imigrasi.


SKOUW


Ini clear area. Hanya yang berizin dan legal yang boleh masuk lewat sini.


Border Post of the Republic of Indonesia




Posting Komentar

0 Komentar