Melawat ke Situs Renungan Bung Karno


Ahmad Soleh
Ende, 25 Juli 2024


Setelah tapak tilas rumah Pengasingan Bung Karno di Jalan Perwira, Ende Selatan, aku diajak bergeser sedikit ke sebelah utara, tepatnya di Kecamatan Ende Utara. Di sanalah terdapat sebuah situs yang tak kalah penting dan bersejarahnya bagi bangsa Indonesia. Di tempat itulah sang pejuang proklamasi melakukan permenungan. Sekitar lima menit saja waktu tempuh dari Rumah Pengasingan Sukarno menuju tempat itu.


Tempat itu bernama Taman Renungan Bung Karno. Situs yang sangat menarik untuk dikunjungi jika kita sewaktu-waktu berkunjung ke Ende. Suasana sunyi pun terasa begitu kental. Di situ kita juga dapat menatap ke arah laut yang jaraknya sudah sangat dekat.

Masih ditemani Prof Biyanto, Pak Alex, Bu Siska, Bu Sri, dan Rizkey, aku mulai memasuki situs sejarah itu. Aku melangkahkan kaki ke dalam setelah sejenak terhenti di depan tulisan "Taman Renungan Bung Karno" di samping pintu masuk. "Bung, melawat pemikiranmu lewat buku-buku sudah, kini izinkan aku melawat ke tempat di mana engkau merenung," ujarku dalam hati.

Saat mulai masuk, kita disuguhkan rentetan galeri berisi patung pahlawan asal Ende. Orang-orang terdahulu yang berjasa pada masa prakemerdekaan. Para pahlawan itu antara lain Baranuri, Izaak Huru Doko, Teka Iku, dan Herman Fernandes.

Di sepanjang jalan taman ini, kita diajak untuk melihat lintasan sejarah. Di tiap dindingnya dapat kita lihat sejumlah relief yang menggambarkan situasi, monumen, tempat penting, dan kejadian bersejarah di Ende. Khususnya yang berkaitan dengan kehidupan Bung Karno.

Setelah habis melewati satu lorong di bagian depan, kita akan disuguhkan dengan sebuah gunungan bebatuan yang membentuk pulau. Jika kita berjalan terus menuju pohon sukun bercabang lima, kita dapat melihat ada patung Bung Karno yang terlihat sedang duduk di sebuah kursi panjang.

Di sampingnya ada pohon sukun besar. Di bawah pohon sukun itulah Bung Karno berefleksi dan merenungkan konsep Pancasila. "Di Kota ini kutermukan lima butir mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan butir-butir Pancasila." Pohon sukun yang konon selalu bercabang lima itu adalah saksi hidup bagaimana Bung Karno bermenung dan memikirkan konsepsi kebangsaan pada masa pengasingannya pada tanggal 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938.



Rupanya, sudah sejak awal Bung Karno melihat keberagaman di Indonesia sebagai kekuatan. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi satu jua. Semangat "bersaudara dalam perbedaan" itu memang sangat kental dilihat dari sikap orang-orang Ende yang amat bersahabat. Semangat Pancasila itu, menurut Bung Karno, jika diperas akan menghasilkan sebuah konsep kebersamaan; gotong royong. Kebersamaan, gotong royong, sikap saling menghargai adalah nilai-nilai keindonesiaan.

Taman Renungan Bung Karno didesain oleh seorang arsitek bersanama Andramatin. Situs sejarah yang diresmikan pada 2013 ini tidak hanya menjadi semacam museum terbuka, tetapi juga bisa menjadi tempat rekreasi dan edukasi. Tetapi, sepertinya akan lebih penting jika tempat ini menjadi lawatan kita terhadap dalamnya pemikiran dan perenungan Bung Karno akan nasib bangsa ini. Ya, merenungkan butir Pancasila dan menerapkan Pancasila tidak hanya dalam kata, tetapi juga dalam laku.


Patung Bung Karno duduk di atas kursi sepanjang 17 meter. Bung Karno duduk menghadap ke pantai.


Simbol Pancasila yang terdapat di bagian ujung kursi panjang.


Salah satu relief di dinding Taman Renungan Bung Karno


Tulisan di sebelah pintu masuk.




Posting Komentar

0 Komentar