Ahmad Soleh
5 Desember 2024
Dalam sebuah diskusi tentang kepenulisan, aku berbagi pengalaman mengenai teknik swasunting naskah. Berbekal pengalaman sebagai editor koran dan menyunting sejumlah naskah buku, aku yakin hal mendasar dalam penyuntingan bisa membantu penulis pemula untuk bisa membuat tulisannya jadi lebih baik. Ya, karena aku sendiri menerapkannya setiap kali menulis dan menerbitkannya.
Terkadang, kita menemukan tulisan yang kurang nyaman dibaca. Entah karena banyak saltik (typo), penggunaan tanda baca yang kurang tepat, atau tiba-tiba ada huruf kapital Di TenGAh KaliMat seperti tulisan yang barusan kamu baca ini. Tidak nyaman, kan?
Nah, itulah alasan pentingnya penyuntingan naskah, baik itu naskah buku maupun naskah artikel populer yang ditayangkan di blog atau media massa. Proses penyuntingan di kantor penerbitan buku, koran, ataupun majalah biasanya dikerjakan secara profesional oleh penyunting atau editor yang memang memiliki keahlian di bidang itu. Jadi, selain penulis, profesi editor juga berperan dalam menentukan enak atau tidaknya suatu naskah dibaca.
Penyuntingan secara umum merupakan proses menyunting naskah dalam rangka menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit. Menyunting juga sepadan dengan kata kerja menyusun atau merakit, dalam konteks yang lebih luas. Proses ini dalam dunia penerbitan atau perbukuan merupakan tahapan yang sangat penting. Sebab, di proses penyuntingan inilah kita memastikan naskah yang ditulis benar-benar layak untuk diterbitkan.
Oke, jadi pentingnya penyuntingan naskah adalah agar naskah kita layak dibaca orang lain. Nah, sebelum itu, apakah kita sebagai penulis pemula yakin naskah kita sudah bagus? Tentu, tak ada orang yang sekali menulis hasilnya langsung bagus. Menulis itu keterampilan yang membutuhkan proses.
Pun, para kolumnis yang menulis opini di media massa, di awal karier kepenulisannya pasti ditolak oleh media massa. Biasanya ada sejumlah catatan, seperti "pembahasan kurang update" atau "analisis kurang tajam". Kedua hal itu yang sering aku dapatkan ketika naskah ditolak redaktur Kompas.
Maka dari itu, aku yakin proses penyiapan naskah itu bisa dimulai dari penulis sendiri. Ya, dengan melakukan teknik swasunting naskah. Swasunting artinya melakukan penyuntingan secara mandiri. Penulis menyunting sendiri naskahnya agar layak, lebih rapi, dan tentu lebih tajam sehingga alasan-alasan penolakan terhadap naskah kita menjadi semakin kecil kemungkinannya.
Menyiapkan naskah sebaik-baiknya adalah tugas penulis. Sebab, sebagus apa pun idenya, semewah apa pun gagasannya, jika tidak dikemas secara baik tidak akan laku. Jika tidak disajikan dengan baik, akan sulit dipahami pembaca. Apalagi, jika terdapat banyak kesalahan dalam penulisannya, bisa jadi tulisan kita tidak akan diminati pembaca.
Pertanyaannya, apa sih yang harus dilakukan dalam proses swasunting? Apakah bisa dilakukan tanpa pengetahuan teknis dalam penyuntingan? Kedua pertanyaan ini tentu juga menjadi pertanyaanku dulu, ketika awal belajar menulis.
Swasunting dapat dilakukan dengan hal-hal kecil, seperti menyisir kata-kata yang saltik. Meminimalisasi saltik akan membuat tulisan kita lebih rapi dan bagus. Selain itu, hal yang sering terlewatkan lainnya adalah penjudulan. Kita bisa menyunting judul dan subjudulnya agar lebih menarik, efisien, dan tentu efektif.
Bagi penulis yang sudah terbiasa melakukan hal di atas, bisa lanjut ke penyuntingan yang lumayan menguras energi. Yakni, penyuntingan isi naskah, mencakup struktur kalimat dan substansi pembahasannya. Pada tahap ini, terkadang kita harus "tega" dan "rela" membuang beberapa bagian yang tidak relevan atau melenceng dari kerangka tulisan yang seharusnya.
Oh iya, hampir aku lupa, proses swasunting ini hanya bisa dilakukan setelah draf tulisan selesai ditulis. Jadi, jangan sampai melakukan proses swasunting dan menulis dalam waktu bersamaan. Jika hal itu dilakukan, bisa jadi tulisan kita tidak akan pernah selesai. Hihihi, sepertinya hal ini sering kita alami.
Nah, pengetahuan mengenai penyuntingan dasar bisa kita dapatkan dengan belajar kepada ahli atau orang yang berpengalaman. Kita juga bisa membaca buku mengenai penyuntingan naskah. Atau, bisa juga kita menggali informasi di jejaring internet. Belajar secara mandiri atau belajar kepada mentor yang tepat bisa membantu kita untuk lebih memahami bagaimana proses penyuntingan yang baik. Untuk mengecek penulisan kata-kata, misalnya, kita juga bisa memanfaatkan KBBI daring atau tesaurus daring.
Jadi, sebetulnya tidak ada alasan untuk tidak mulai belajar lebih baik. Mulailah dari hal-hal kecil yang sudah kusebutkan di atas. "Sunting lebih dahulu, terbitkan kemudian." Dengan naskah yang lebih baik, aku yakin kita akan lebih percaya diri dengan karya tulis kita.
0 Komentar