Ahmad Soleh, 5 Oktober 2023
Barangkali menonton film di bioskop adalah aktivitas yang bisa dihitung jari dalam hidupku. Ya, meskipun suka nonton film, aku sangat jarang menonton film di bioskop. Bagiku, menonton bioskop membutuhkan energi yang besar dan alasan yang cukup kuat. Beberapa bulan ke belakang, memang aku ke sempat bioskop untuk menonton film Buya Hamka, film biopik yang sarat akan petuah dan spirit perjuangan.
Setelahnya, muncul sejumlah film lain di bioskop yang sebetulnya menarik, tetapi tak semua film bisa memberikan alasan kuat buat aku tonton. Nah, kali ini ada satu film (sekuel) yang sudah ditunggu-tunggu. Alasan kuat bagiku menonton film ini ialah nuansa nostalgia dan memori kenangan masa kecil dulu. Yang kurasa juga dirasakan banyak orang seusiaku.
Ya, film Petualangan Sherina 2 yang tayang beberapa hari ini membuatku sangat tertarik untuk menonton. Bahkan, sudah jauh-jauh hari kuagendakan untuk menonton film ini setelah dirilis. Ya, film ini kembali mengharuskanku menyaksikan keseruannya. Aku dan istri pun memutuskan untuk nonton di bioskop di salah satu mall di Sawangan.
Aku tak akan terlalu jauh mengulas isi filmnya dalam tulisan ini karena bisa jadi spoiler, ya jadi nggak seru kan kalo aku spoiler di sini. Intinya sih film ini seru buaanget karena menyajikan ketegangan, romantisme, juga kesenduan. Beberapa adegan dan lagu sengaja dibuat mirip dengan film pertamanya, sangat memorable.
Jelas, aku senang sekali akhirnya bisa menyaksikan kelanjutan film favorit masa kecilku ini, film yang saat itu hanya bisa kutonton lewat CD rental atau tayangan televisi saat masa libur sekolah tiba. Biasanya film Petualangan Sherina diputar secara maraton dengan film lainnya, seperti Joshua oh Joshua, Home Alone, Baby's Day Out, dan sejumlah film Warkop DKI atau selingan film Bo Bo Ho.
Film Petualangan Sherina masa kecil begitu memorable di benak anak-anak yang pernah hidup di tahun 2000-an. Film drama musikal semacam ini memang belum ada pada masa itu. Dengan lagu-lagu yang sing along dan ikonik film ini semakin digemari banyak orang.
Selain film ini sarat dengan makna persahabatan, pesan-pesan lainnya seperti keberanian, kepedulian, juga ditampilkan. Sherina kecil adalah sosok anak SD yang berani melawan bullying di sekolahnya. Sadam adalah salah satu musuhnya karena ia anak yang jail di sekolah. "Dia pikir, dia yang paling hebat..." adalah salah satu penggalan lagu yang sangat melekat dari film ini.
Aku yakin cerita ini sudah begitu melekat di kepala kita. Lalu, apa jadinya ketika mereka berdua bertemu kembali setelah dewasa? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab dengan menonton filmnya secara langsung. Sejak awal, aku tak mau menebak-nebak akan seperti apa. Bagiku, cukup kita mengikuti alur cerita saja.
"Pengen nonton lagi..." begitulah testimoni singkat dari istriku setelah nonton film ini. Sejauh ini ceritanya tak membosankan dan tetap seru. Semoga bila ada lagi kelanjutannya juga tidak membosankan.
0 Komentar