Dalam diskusi pagi tadi, aku juga mendapat sejumlah penjelasan menarik tentang teori interaksi sosial. Dijelaskan bahwa hubungan sosial anak bisa dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengambil peran atau keterlibatan dirinya di lingkungan sosial. Dengan keterlibatan sosial itu, anak akan belajar untuk memahami pemikiran terhadap dirinya serta bagaimana sikap terhadap orang lain.
Aku pikir teori ini juga berkaitan dengan teori kognitivisme yang menjelaskan bahwa anak harus terlibat aktif dalam proses interaksi. Dan dari proses interaksi itulah ia dapat melakukan proses kognisi. Artinya, ketika terjadi interaksi dua arah antara anak dengan lingkungan atau orang sekitarnya, akan memperkaya dan meningkatkan kemampuan kognitifnya.
Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi proses interaksi sosial anak, antara lain: Pola asuh hubungan orang tua, di mana orang tua adalah yang pertama mengajarkan anak mengenai betapa pentingnya melakukan interaksi sosial. Kemudian faktor lingkungan, biasanya lingkungan yang mendukung akan membentuk anak menjadi lebih baik dalam perkembangannya.
Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi proses interaksi sosial anak, antara lain: Pola asuh hubungan orang tua, di mana orang tua adalah yang pertama mengajarkan anak mengenai betapa pentingnya melakukan interaksi sosial. Kemudian faktor lingkungan, biasanya lingkungan yang mendukung akan membentuk anak menjadi lebih baik dalam perkembangannya.
Selanjutnya faktor hubungan antar teman sebaya, tak bisa dimungkiri teman sebaya dapat memengaruhi proses unteraksi anak dengan lingkungan. Terakhir adalah penggunaan gadget, di mana bila anak terlalu banyak interaksi dengan gadget, interaksinya dengan lingkungan akan berkurang. Faktor-faktor ini juga akan memengaruhi bagaimana pola interaksi anak dengan lingkungan sosialnya dan bagaimana penerimaan anak terhadap lingkungan.
Dalam proses interaksi sosial anak, terdapat dua syarat yang harus terpenuhi: 1. kontak sosial baik secara langsung maupun tidak langsung; dan 2. komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Apabila kedua syarat ini tidak terjadi, interaksi sosial pun tidak akan terjadi. Begitu pula ketika anak berusaha berinteraksi sosial, biasanya akan melakukan komunikasi dengan mengajak berbicara, bercerita, dan sebagainya.
Dalam proses interaksi sosial anak, terdapat dua syarat yang harus terpenuhi: 1. kontak sosial baik secara langsung maupun tidak langsung; dan 2. komunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Apabila kedua syarat ini tidak terjadi, interaksi sosial pun tidak akan terjadi. Begitu pula ketika anak berusaha berinteraksi sosial, biasanya akan melakukan komunikasi dengan mengajak berbicara, bercerita, dan sebagainya.
Lev Vygotsky, psikolog yang mengembangkan teori pembelajaran sosial. |
Tokoh-Tokoh Teori Interaksi Sosial
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori interaksi sosial ini antara lain sebagai berikut:- Lev Vygotsky, seorang psikolog yang mengembangkan teori pembelajaran sosial kultural (Socio-Cultural Learning Theory), yang menganggap bahwa perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu zona perkembangan aktual dan zona perkembangan proksimal.
- Jerome Bruner, seorang psikolog yang mengembangkan teori pembelajaran kognitif (Cognitive Learning Theory), yang menekankan pada peran scaffolding atau bantuan yang disesuaikan dengan kemampuan anak dalam memfasilitasi perkembangan bahasa
- Jean Piaget, seorang psikolog yang mengembangkan teori perkembangan kognitif (Cognitive Development Theory), yang menganggap bahwa perkembangan bahasa anak berhubungan dengan perkembangan kognitifnya dalam empat tahap, yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.
- B.F. Skinner, seorang psikolog yang mengembangkan teori behaviorisme (Behaviorism Theory), yang menganggap bahwa bahasa adalah perilaku yang dipelajari melalui penguatan positif dan negatif dari lingkungan.
0 Komentar